Minggu, 09 April 2023

10 Cerita Anak Islami yang Menginspirasi Kita Semua

Tags






Foto oleh Subhasish Baidya: https://www.pexels.com/ - 

Anda sedang mencari cerita-cerita islami untuk diceritakan kepada Putra dan Putri Anda?

Tenang, di dalam artikel kali ini terdapat beberapa cerita islami yang bisa menjadi inspirasi. Selamat menikmati.

Kumpulan Cerita Pendek Islami

Berikut beberapa contoh cerita Islami dari berbagai sumber:

1. Kesabaran Ibu yang Memiliki Anak Autis

Putriku, sebuah surat kabar memuat kisah tentang perjuangan seorang ibu yang anaknya menderita penyakit Autis.

Autis adalah gangguan perkembangan khususnya yang ter jadi pada masa anak-anak. Anak autis membuatnya tidak mampu mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri.

Mengetahui anaknya menderita autis, sang ibu merasa sedih, frustasi, dan kecewa. Namun, din segera sadar bahwa apa yang dilakukannya itu tidak akan menyelesaikan masalah.

Kemudian din mulai mempelajari masalah-masalah yang terkait dengan penyakit Autis. Dengan penuh kegigihan, dia membawa anaknya itu ke Australia.

Sang ibu terus menimba ilmu. Salah satunya melalui Internet. Ia berkonsultasi dengan pakar Autis di luar negeri.

Berbagai terapi telah di jalani untuk anaknya. Karena keseriusannya ini, die juga berhasil meraih gelar Master Health Counseling dari Curtin University dan berhasil menulis 3 buah buku tentang Autis.

Kejadian itu juga membuatnya untuk lebih dekat dengan anaknya dan juga mensyukuri nikmat yang telah diberikan-Nya.

Ilmu yang didapatnya menyebutkan bahwa anak Autis memiliki kelemahan dalam pendengaran, tetapi memiliki kelebihan dalam penglihatan.

Sang ibu kemudian membangkitkan kelebihan tadi. Bersama suami, ia memperkenalkan berbagai profesi berdasarkan kelebihan dalam penglihatan.

Di kelas enam, anaknya yang menderita Autis mulai menekuni dunia fotografi. Kelak, ia ingin menjadi seorang fotografer. Anaknya kini juga sudah mahir berbahasa Inggris.

Putriku tersayang, jika kamu mau bersabar, belajar, dan berjuang sekuat tenaga datum mewujudkan cita-citamu, Insya Allah kamu akan berhasil mendapatkannya.

Semangat kamu dalam menuntut ilmu hari ini akan menentukan masa depan kamu kelak.

2. Kisah Asiyah, Istri Fir’aun

Asiyah namanya. Dia adalah istri Fir’aun yang taat dan beriman kepada Allah. keyakinannya ini sangat jauh berbeda dengan Fir’aun suaminya.

Asiyah memiliki akhlak yang baik, sementara Fir’aun dikenal sebagai orang jahat.

Ketika Fir’aun telah membunuh Masyithah seorang wanita beriman, dia menemui Asiyah dan memamerkan kekuatannya didepan istrinya, lalu memberitahukan ke Islamannya, maka Fir’aun menjadi marah.

Fir’aun bersumpah akan menguji Asiyah dengan kematian atau Asiyah kafir kepada Allah.

Lalu Fir’aun memerintahkannya, ia membentangkan kedua tangannya di atas papan dan mengikat tangan dan kakinya di atas pasak besi.

Fir’aun memerintahkan tentaranya untuk memukulinya, sehingga darah mengalir dari badannya.

Ketika siksaan semakin pedih dan hampir menunjukan kematian, dia melihat ke langit dan berdoa: “Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-MU dalam Firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim.”

Doanya dikabulkan Allah. Maka Allah Swt. menampakkan Istananya di langit lalu istri tersenyum kemudian meninggal.

Iya, istri dari Raja itu telah meninggal. Dia berada dalam kenikmatan yang besar, yaitu surga Allah Swt. Asiyah telah kembali kepada Tuhannya, dan kebaikan senantiasa ada padanya.

3. Kisah Masyithah, Pelayan Putri Fir’aun

Masyithah pelayan putri Fir’aun. Dia adalah wanita yang berani mempersembahkan jiwa raga untuk agama.

Dia seorang ibu yang memiliki sifat kasih sayang dan kelembutan. Mencintai anak-anaknya dengan cinta yang tulus.

Masyithah berjuang, bekerja, dan rela letih untuk membahagiakan mereka di dunia dan di akhirat.

Anak-anak Masyithah mati syahid disiksa oleh Fir’aun. Itulah peristiwa dahsyat yang dihadapi Masyithah, sosok yang menakjubkan dalam cinta kepada Allah Swt.

Dia seorang ibu yang sangat sabar dan memiliki anak-anak yang saleh dan baik hati,

Masyithah telah merasakan beragam kezhaliman dan penyiksaan. Semua ketidaknyamanan itu dihadapinya dengan tegar sampai akhirnya ia bertemu dengan Tuhannya dengan Ridha dan di Ridhai.

Masyithah mengajarkan kepada kita tentang sempurna dalam berkorban. Ia telah sukses mendidik anak-anaknya untuk mempersembahkan nyawa mereka untuk berjuang di jalan Allah Swt.

Rasulullah Saw. bercerita kepada kita, “Ketika menjalani Isra dan Mi’raj, aku mencium bau yang sangat harum.”

“Wahai Jibril, bau harum apa ini?” tanya Rasulullah.

Jibril menjawab, “Ini bau harum Masyithah pelayan putri Fir’aun dan anak-anaknya.” Rasulullah Saw. bertanya, “Apa kelebihan Masyithah?”

Jibril menjawab, “Suatu hari Masyithah menyisir rambut putri Fir’aun. Sisirnya jatuh dari tangannya.

Ia berkata, "Bismillah." Putri Fir’aun kaget dan berkata kepadanya, "Dengan menyebut nama ayahku. Ia menolak."

"Tidak. Akan tetapi Tuhan saya dan Tuhan ayah kamu adalah Allah." Ia menyuruh putri itu untuk menceritakan peristiwa tersebut kepada ayahnya.

Putri itu pun menceritakan kepada Fir’aun. Maka Fir’aun memanggil Masyithah. Fir’aun bertanya, ‘Wahai Masyithah, apakah engkau punya Tuhan selain aku?’

Ia menjawab, "Ya, Tuhan saya dan Tuhan kamu adalah Allah". Fir’aun marah besar.

Ia memerintahkan dibuatkan tungku besar yang diisi timah panas agar Masyithah dan anak-anaknya dilemparkan ke dalamnya.

Masyithah tidak menyerah. Begitu juga anak-anaknya. Masyithah meminta satu hal kepada Fir’aun, "Saya minta tulangku dan tulang anak-anakku dibungkus menyatu dengan kain kafan". Fir’aun menuruti permintaannya.

Putriku, Masyithah telah lama wafat. Tapi, kisahnya ini dapat kita ambil pelajaran tentang pengorbanan seorang muslimah di jalan Allah.

Masyithah adalah teladan bagi kaum muslimah yang ingin berbuat kebaikan dan beriman kepada Allah.

4. Kisah Muslimah Kulit Hitam Penghuni Surga

Suatu ketika Ibnu Abbas berkata kepada seorang sahabatnya, “Maukah engkau aku tunjukkan kepada seorang wanita ahli surga?”

Sahabatnya menjawab, “Mau.” Ibnu Abbas pun bercerita: Wanita berkulit hitam itu pernah datang menemui Rasulullah Saw.

Dia berkata, “Wahai Rasulullah, aku terserang penyakit epilepsi hingga terbuka auratku. Berdoalah kepada Allah agar aku disembuhkan.”

Rasulullah Saw. bersabda, “Jika engkau mau bersabar, maka engkau akan masuk surga. Tapi jika engkau mau aku akan berdoa untuk kesembuhan mu.”

Wanita itu berkata, “Aku akan bersabar.”

Sesaat kemudian berkata lagi, “Tetapi karena penyakit itu, aurat ku menjadi terbuka, berdoalah agar auratku tidak terbuka.” Kemudian Rasulullah berdoa untuknya.

Putriku tersayang, dari kisah ini kita mendapat pelajaran. Dia adalah muslimah yang lebih menginginkan surga daripada dunia.

Dia meminta kepada Rasulullah agar diberi kesabaran dalam hidupnya sehingga kelak Allah akan menganugerahinya surga.

Sungguh, pilihannya bersabar didasari keimanan yang tinggi. Bahwa sebaik-baik balasan bagi orang yang sabar adalah surga.

5. Kisah Keteladanan Ibu-ibu Palestina

Putriku tersayang, tahu tidak di mana letak Palestina? Ye, dia terletak di wilayah Timur Tengah tepatnya di benua Afrika.

Apa yang istimewa dari Palestina? Di Negara itu terdapat Masjidil Aqsha. Masjid ini adalah masjid yang diberkahi Allah.

Rasulullah Saw. pernah berkiblat ke arah masjid ini, namun kemudian kembali lagi berkiblat ke arah Ka’bah di Masjidil Haram.

Keistimewaan lainnya, negeri ini adalah tempat lahir beberapa orang Nabi. Banyak juga ulama-ulama terkenal lahir di negeri ini.

Sebut saja misalnya, Imam Asy-Syafil seorang ahli fikih terkenal, Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani seorang ahli hadits terkenal, hingga mujahid-mujahid terkenal seperti Syaikh Abdullah zzam, Syaikh Izzuddin Al-Qassam, hingga Syaikh Ahmad Yasin.

Tapi sayangku, kini Palestina dengan Masjidil Aqsha-nya sedang di jajah dan dizalimi oleh Zionis Israel.

Para penjajah itu telah membunuh banyak rakyat Palestina. Di antaranya adalah wanita-wanita dan anak-anak.

Sungguh kasihan, setiap hari ada saja yang mati dibunuh oleh penjajah tersebut. Rumah-rumah hancur, ayahnya menjadi cacat sehingga tak mampu bekerja. Akhirnya, istri dan anak-anaknyalah yang bekerja.

Bagi mereka, keputusasaan tak ada gunanya. Biar bagaimanapun mereka tetap harus hidup walaupun apa adanya. Meskipun hanya makan beberapa potong roti dalem sehari.

Seorang ibu bernama Renaya, harus bekerja menjahit pakaian untuk memenuhi kebutuhan hidup anak-anaknya. Ibu yang lain seperti Ummu Hilmi bekerja sebagai pembuat kue.

Ummu Mahrus bekerja sebagai pembuat boneka. Mereka bekerja dari pagi sampai malam memasarkan barang-barang yang mereka buat.

Mereka tidak suka meminta-minta. Mereka lebih suka bekerja walaupun hasilnya apa adanya. Yaitu hanya mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari.

Putriku tersayang, apa yang membuat mereka begitu kuat dan tegar menghadapi ujian don cobaan tersebut?

Ya, karena mereka memiliki iman. Mereka yakin dengan pertolongan Allah. Mereka yakin pada saatnya nanti rakyat Palestina akan merdeka.

Kemudian mereka dapat hidup layaknya dengan tenang, aman, dan nyaman. Untuk memperoleh hal tersebut, mereka harus berjuang dengan penuh kesungguhan.

Putriku tersayang, ibu-ibu Palestina adalah contoh teladan bagi kita.

Sementara orang lain di luar Palestina banyak yang berputus asa karena satu ujian yang tak seberapa, mereka begitu kuat menghadapi ujian yang sangat besar.

Mereka sangat sabar dan bersyukur atas nikmat Allah yang tak terhitung jumlahnya.

6. Kisah Kekayaan Seorang Raja

Di sore yang indah dan sejuk, Khalifah Harun Al Rasyid berbincang bersama penasihatnya. Khalifah memanfaatkan suasana yang menyenangkan itu untuk meminta nasihat kepada sang penasihat.

“Aku ingin engkau memberikan nasihat agar aku menjadi pemimpin yang lebih bijak,” pinta Khalifah.

Sang penasihat merasa dia sudah banyak memberi nasihat. Dia berpikir, nasihat apa lagi yang bisa dia berikan. Kemudian, dia berkata, “Tuan, apa saya boleh minta dua gelas air putih?”

Segera Khalifah meminta pelayan membawa dua gelas air putih. Segelas untuk penasihat dan satu lagi untuk dirinya.

“Tuan, jika saat ini sedang berada di padang pasir yang sangat gersang, pastinya Tuan akan kehausan. Kemudian, ada seseorang yang membawa segelas air untuk Tuan tapi harus dibayar dengan sangat mahal. Tuan akan menebusnya dengan apa?” ucap sang penasihat.

“Aku akan menukarnya dengan separuh kerajaanku,” ucap Khalifah.

“Baiklah, mari kita minum air ini,” ucap penasihat.

“Tuan, seandainya air itu tidak bisa keluar dari tubuh Tuan hingga berhari-hari, Tuan berani membayar berapa agar bisa keluar?” tanya penasihat lagi.

“Aku akan menyerahkan separuh negara ku yang tersisa untuk membayarnya,” jawab Khalifah tegas.

“Baik, sekarang Tuan sadar ternyata harga kerajaan tidak lebih dari segelas air putih,” ucap penasihat.

“Itulah kekayaan manusia jika dibandingkan dengan kekayaan Allah Swt.” lanjut sang penasihat.

Khalifah Harun Al Rasyid termenung mendengar nasihat tersebut. Subhanallah, kekayaan manusia memang tidak sebanding dengan kekayaan Allah Swt.

7. Cerita Anak Islami : Bersabarlah Syamil

Hari ini adalah hari pertama bagi Syamil untuk melaksanakan salah satu kewajibannya yaitu berpuasa di bulan suci Ramadhan.

Betapa senang dan bangganya Syamil bisa berpuasa dengan tanpa ada unsur paksaan dari kedua orang tuanya. Abi, Umi, dan Kak Iffa pun sangat bangga padanya.

Ketika tengah berduduk santai di ruang keluarga sembari mengerjakan PR dari sekolah, Syamil bertanya kepada Uminya yang sedang merapikan buku dan majalah yang berserakan diatas meja.

“Umi, apakah semua orang islam di dunia sekarang ini juga berpuasa seperti Syamil?” Ketika mendengar pertanyaan Syamil.

Umi hanya tersenyum dan menganggukkan kepala sejenak sebagai suatu jawaban atas pertanyaan Syamil.

Merasa kurang puas akhirnya Syamil pun bertanya lagi. “Tapi mengapa mereka mau berpuasa, Umi?Apakah mereka tidak merasa lapar dan haus?”.

“Adikku sayang. Puasa di bulan ramadhan itu hukumnya wajib bagi umat muslim yang sudah baligh. Makanya hampir semua umat muslim di dunia yang berpuasa di bulan Ramadhan termasuk Abi, Umi, Syamil dan kakak juga” jelas Kakak.

“Ooo, begitu ya kak.” Jawab Syamil dengan mengangguk-anggukkan kepala seolah-olah sudah paham betul dengan penjelasan Kak Iffa.

Tanpa terasa PR Syamil pun selesai. Segeralah ia merapikan buku-buku pelajarannya kembali. Beranjak dari tempat duduk, Kak Iffa menghampiri Syamil dengan membawa Al Qur’an dan mengajaknya bertadaruz.

“Ayo, dik...tadaruz dulu, jangan sia-siakan bulan yang penuh berkah ini.” ajak Kakak.

“Baik, Kak...” jawab Syamil sembari tersenyum.

Belum begitu lama bertadaruz, tiba-tiba Syamil berhenti sejenak dan memandangi perutnya yang sudah mulai bertabuh ria pertanda lapar.

“Ada apa, Nak?” Tanya Umi dengan penuh perhatian.

“hehehe...tidak apa-apa, Umi.” Jawab Syamil seraya menggeleng-gelengkan kepala menutupi laparnya itu.

Melihat tingkah laku adiknya itu, Kak Iffa hanya diam tersenyum.

Sambil berjuang menahan lapar, Syamil melanjutkan tadaruznya hingga sampai di ayat ke -10 dari QS. Al-Baqarah.

Merasa tak tahan lagi dengan kondisi perutnya, tak canggung-canggung lagi Syamil bertanya kepada Umi.

“Waktu berbuka puasa apa sudah dekat, Umi?”tanya Syamil

“Hahaha...Syamil, ini kan baru jam setengah sembilan pagi, sedangkan waktu berbuka puasanya nanti memasuki pukul enam. Masih lamaaa adik” sahut Kak Iffa.

Merasa kasihan dengan Syamil, Umi pun memberikan penjelasan singkat .

“Begini, nak...Kita berpuasa itu wajib. Berpuasa itu menahan diri dari segala hawa nafsu termasuk nafsu amarah, nafsu makan, nafsu minum, dan segala yang membatalkan puasa dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Jadi, Syamil harus bisa bersabar.”

“Ow, begitu ya Umi. Ya sudah, kalau Syamil tidur sebentar apakah boleh, Umi?” tanya Syamil

“Tentu saja boleh ,dik.Kan tidurnya orang berpuasa itu ibadah.” Jawab Kak Iffa.

Syamil pun bergegas menuju tempat tidur dan mulai beristirahat sejenak. Waktu pun berjalan hingga tidak terasa sudah masuk sholat dzuhur. Syamil terbangun ketika suara adzan terdengar.

“Umi, apakah ini suara adzan sholat maghrib? Tanya Syamil dengan wajah polosnya.

“Bukan, Syamil. Ini adalah adzan untuk sholat dzuhur” jawab Umi dengan sabar.

“Kenapa lama sekali, Umi?” Tanya Syamil merengek.

“Bersabarlah, Syamil. Orang sabar itu disayang Allah. Apalagi Syamil sedang berpuasa, jadi harus bisa bersabar, bersabar dan bersabar” jawab Umi

Mendengar penjelasan Umi, semangat Syamil bangkit kembali dan bersiap mengambil air wudhu untuk segera melaksanakan sholat dzuhur berjamaah di masjid bersama Abi.

Waktu bergulir begitu cepat, hingga tibalah saatnya untuk menyiapkan hidangan berbuka puasa.

Ketika Umi sedang memasak di dapur bersama Kak Iffa, Syamil datang dengan pertanyaan yang sama.

“Apakah ini sudah tiba saatnya berbuka puasa, Umi?” tanya Syamil lagi.

“Belum adik, masih satu setengah jam lagi, bersabarlah” jawab Kak Iffa sembari tersenyum.

Kemudian Syamil kembali bersama Abi yang sedang mencuci sepeda di samping rumah. Mencium aroma masakan Umi dan Kak Iffa di dapur, perut Syamil pun tak kuasa menahan betapa ia ingin makan.

”Umi, bolehkah Syamil mencicipi sedikit saja masakannya?”teriak Syamil.

“Tidak boleh Syamil, bersabarlah, sebentar lagi sudah tiba waktu berbuka puasa. Bersiaplah untuk berbuka”. Jawab Umi dengan bijak.

Dengan penuh semangat, Syamil pun ikut membantu Umi dan Kak Iffa menyiapkan hidangan berbuka di meja makan. Hingga terdengarlah suara adzan pertanda bahwa waktu berbuka puasa telah tiba.

“Alhamdulillah...” celetuk Syamil dengan sumringah. Mendengar celetuk Syamil, Abi, Umi dan Kak Iffa pun tersenyum sambil menikmati hidangan berbukanya.

8. Cerita Anak Islami : Si Kaya Baik Hati

Alkisah di sebuah desa yang makmur, hiduplah seorang laki-laki yang bernama Pak Irwan, orang baik dan juga dermawan.

Ia mempunyai dua orang anak yang bernama Fatin dan Fatimah.

Mereka adalah keluarga kaya yang bahagia dan selalu hidup sederhana dan sangat senang sekali membantu sesama yang membutuhkan, apalagi kepada fakir miskin dan anak yatim.

Pak Irwan memiliki banyak harta, bahkan mereka keluarga terkaya di desa itu. Usaha yang di miliki Pak Irwan banyak, dan usaha itu berhasil semua.

Selain itu, Pak Irwan juga memiliki tanah dan kebun yang luas, ternak sapi paling besar di daerah itu.

Pak Irwan tetap rendah hati dan tidak menyombongkan kekayaannya, keluarganya pun juga di didik untuk bersikap rendah hati, hidup sederhana dan suka menolong sesama.

“Semua harta yang kita miliki bukan milik kita semuanya, ini adalah titipan dari Allah SWT kepada kita. Maka dari itu kita tidak boleh sombong dan tamak karena harta kita ini.” Nasehat Pak Irwan kepada keluarganya.

Keluarga Pak Irwan selalu menaati dan melaksanakan nasehat Pak Irwan, mereka justru bangga mempunyai ayah yang mengajarkan kebaikan.

Walaupun Pak Irwan orang kaya, namun selalu memiliki waktu untuk keluarganya, beliau membuat jadwal antara pekerjaan dan keluarga.

Kadang Pak Irwan mengajak keluarganya jalan-jalan, namun bukan di mall atau di tempat hiburan lainnya, melainkan di panti asuhan untuk memberi santunan kepada anak yatim.

Fatin dan Fatimah pun tak pernah mengeluh dan memberi arti kepada mereka tentang kehidupan dan rasa syukur kepada Allah SWT.

Pada suatu saat, Fatimah bertanya kepada ayahnya. “Kita ke panti asuhan seminggu sekali untuk apa, yah?’.

“Nak, Allah memerintahkan kita untuk selalu peduli anak yatim. Mereka sangat kasihan, sejak kecil tidak mendapat kasih sayang dari orang tua. Mereka butuh kasih sayang dan santunan dari orang lain, nak.” jawab Pak Irwan sambil tersenyum.

Banyak hikmah yang diambil dari kegiatan Pak Irwan ke panti asuhan.

Fatin dan Fatimah menjadi lebih bersyukur, rendah hati, tidak sombong, suka menolong sesama, berbuat baik, dan selalu patuh kepada orang tuanya.

Hari demi hari mereka lakukan kegiatan itu dengan ikhlas dan rutin.

Hingga pada suatu saat Fatin mendapat kabar dari temannya bahwa Ani teman sekelasnya sakit, sepulang sekolah, Fatin menjenguk ke rumah teman sekelasnya.

Sampai disana ternyata benar Ani sakit, badannya panas, badannya lemah. Sudah 3 hari panasnya tidak turun-turun, “Sudah dibawa ke dokter belum, bu? tanya Fatin.

“Belum nak, cuma ibu belikan obat penurun panas di apotik.” jawab ibunya Ani. “Tapi panasnya kok belum turun, bu?. Coba dibawa ke rumah sakit bu, biar jelas Ani sakit apa dan cepat di tolong.” ucap Fatin.

“Maaf nak Fatin, ibu tidak punya uang untuk biaya Ani di rumah sakit.” jawab ibu Ani.

Fatin mulai khawatir dengan keadaan Ani yang pucat dan lemah. “Bu, sekarang juga Ani harus dibawa ke rumah sakit, yang penting Ani cepat tertolong bu, soal biaya tidak usah di pikirkan.” desak Fatin.

“Nak, ibu cuma pedagang gorengan keliling, bapak Ani kerjanya juga cuma serabutan tidak pasti. Uang dari mana nak untuk biaya rumah sakit Ani? jawab Ibu dengan nada lirih.

“Ibu tidak usah memikirkan biaya, semuanya biar nanti Fatin bilang sama Ayah untuk menanggung biaya Ani di rumah sakit.” imbuh Fatin.

“Maaf nak, Ibu tidak mau merepotkan keluarga kamu.” ucap Ibu Ani. Akhirnya Fatin langsung menelepon taksi dan membawa Ani kerumah sakit.

Tiba di rumah sakit, Ani langsung dibawa ke Ruang Gawat Darurat. Fatin dan keluarga Ani menunggu di luar.

Selang beberapa lama dokter memanggil orang tua Ani. “Bu, untung saja anak ibu cepat-cepat dibawa kerumah sakit, anak ibu terkena demam berdarah, harus membutuhkan perawatan.” ucap dokter.

“Tapi anak saya tidak apa-apa, dok?” tanya ibu. “Ibu tenang saja, kita akan berusaha untuk menyembuhkan Ani, ibu berdoa semoga Allah SWT memberi kelancaran dan kesembuhan anak ibu.” jawab dokter.

Sementara, Fatin diluar ruangan mendapat kabar bahwa Ani harus rawat inap dan mendapatkan perawatan.

“Aku harus mengabari ayah segera” ucap Ani lirih. “Hallo, Ayah” sapa Fatin. “Iya, ada apa nak?, kok kamu belum pulang? “jawab Pak Irwan.

“Maafkan Fatin, Yah. Fatin lupa pamit sama ayah. Ini Fatin sedang dirumah sakit, teman Fatin terkena demam berdarah dan harus di rawat sekarang” jelas Fatin.

“Ya Allah...Sekarang gimana keadaan teman kamu, nak?” tanya Pak Irwan. “Ani sekarang sedang dirawat. Yah. Fatin boleh ngomong sesuatu.?” ucap Fatin.

“Tentu saja boleh, memang ada apa nak? tanya Pak Irwan lagi. “Yah... Fatin ingin mengambil sebagian uang tabungan Fatin, untuk biaya Ani selama rawat inap di rumah sakit. Ani anak orang tidak mampu, Yah. Kasihan.” kata Fatin.

Mendengar kata-kata Fatin di telepon, Pak Irwan terharu. “Alhamdulillah. Anak ayah memiliki hati yang sangat mulia menolong sesama. Ayah terharu mendengar semua ini nak. Ayah sangat mendukung yang kamu lakukan sekarang ini.” jawab Pak Irwan terharu.

“Alhamdulillah. Terima kasih ayah. Fatin ke ATM sekarang, yah. Assalamualaikum.” ucap Fatin.

“Wa’alaikum salam. Hati-hati dijalan, nak. Nanti kalau uang kurang bilang sama ayah.” jawab Pak Irwan.

“Iya terima kasih ayah, InsyaAllah cukup.” ucap Fatin. Setelah itu, Fatin langsung mengambil uang dan diserahkan kepada ibunya Ani.

Beberapa hari kemudian, Ani sembuh dari sakitnya dan dengan orang tuanya berkunjung ke rumah Fatin untuk mengucapkan terima kasih.

Pak Irwan yang juga kebetulan berada dirumah, menyambut Ani dan orang tuanya. Fatin sangat senang sekali membantu Ani hingga dia sembuh.

Akhirnya bapaknya Ani di suruh bekerja di salah satu toko milik Pak Irwan, dan Ibunya Ani di beri modal untuk usaha dagangnya.

“Kamu tidak pernah tahu kalau beberapa perbuatanmu telah menginspirasi seseorang untuk berbuat dengan lebih baik. Terkadang kamu menolong seseorang, tanpa pernah kamu rasakan.”

9. Cerita Anak Islami : Miskin Tapi Dermawan

Di sebuah kampung yang jauh dari perkotaan, hiduplah sebuah keluarga yang miskin, namun keluarga itu selalu bersyukur kepada Allah SWT. mereka dipenuhi dengan rasa kasih sayang kepada sesama.

Keluarga kecil yang bahagia walau serba kekurangan. Banyak sekali cobaan datang silih berganti menimpa keluarga ini, mereka tetap sabar dan ikhlas menjalaninya.

Pada suatu ketika, keluarga itu sedang dalam kesulitan. “Pak, persediaan makanan kita habis, mungkin cuma cukup untuk nanti sore. Ibu sudah tidak mempunyai simpanan uang lagi.” kata istri.

“Iya bu, nanti bapak carikan uang, bapak pergi ke pasar dulu ya, bu.” jawab bapak. “Pak, sekalian jual ini ya pak, buat beli makanan.” ucap ibu sambil mengambil radio buntut yang sudah usang.

“walaupun cuma laku sedikit, bisa buat menyambung hidup pak.” tambah ibu. “Iya. bu. bapak berangkat ke pasar dulu. Assalamualaikum” ucap bapak. “Wa’alaikumsalam. Hati-hati dijalan pak.” jawab ibu.

Berangkatlah bapak ke pasar untuk menjual radio buntut itu. “Radionya dijual pak,” tanya salah satu pedagang.

“Iya, pak. laku berapa ya kira-kira?” jawab bapak. “Paling cuma 20 ribu, pak. radio ini sudah lama, apalagi antena nya juga sudah patah.” kata pedagang.

“Ya sudah, tidak apa-apa mas. Ini radionya.” jawab bapak dengan menyerahkan radionya. Pedagang itu mengambil uang dam membayar radio bapak. Dengan rasa syukur bapak berjalan menuju warung untuk membeli makanan.

Dalam perjalanan, tiba-tiba ada seorang wanita yang menggendong anak kecil menghampiri bapak.

“Tolong, pak. Kami seharian belum makan, anak saya juga kelaparan, kami tidak mempunyai apa-apa pak.” rintih wanita itu.

Anaknya menangis kelaparan, wanita itu pun meneteskan air mata karena bingung harus berbuat apa lagi. Dengan rasa iba bapak berkata dalam hati.

“Ya Allah, segala puji bagi-Mu. ternyata masih ada yang lebih kelaparan dari keluargaku,” ucap bapak dalam hati penuh rasa syukur.

Setelah itu, bapak mengambil uang hasil jual radio tadi dan diberikan kepada wanita itu untuk membeli makanan.

Wanita itu mengucapkan terima kasih. “Alhamdulillah, terima kasih pak. Semoga Allah SWT membalas kebaikan bapak.” doa wanita itu.

“Amin. Cepat dibelikan makanan bu, kasihan anak ibu sudah kelaparan.” ucap bapak. Lalu bapak berjalan pulang kerumah, di tengah perjalanan bapak bergumam dalam hati.

“Bagaimana dengan keluargaku?, alasan apa yang harus kuberikan kepada istriku jika aku pulang tidak membawa makanan?”.

Sesampainya dirumah, bapak menceritakan semua kejadian yang di alaminya di pasar tadi. istri bapak mendengar dan kemudian tersenyum, ia tidak menyalahkan suaminya, justru ia memuji suaminya.

“Pak, apa yang bapak lakukan tadi sangat mulia, dan ini merupakan kabar baik. Semoga Allah memberi jalan kepada kita.” kata ibu.

“Sekarang bapak bisa memancing, siapa tahu dapat ikan besar buat kita makan hari ini.” tambah ibu. Dengan semangat bapak pergi ke kali untuk memancing.

Dengan sabar bapak memancing dan menunggu umpan dimakan ikan, setelah beberapa lama belum juga dapat ikan.

Waktu hampir sore, akhirnya bapak berencana untuk pulang, tiba-tiba ada ikan besar memakan umpannya.

Bapak menarik kalinya. Dengan hati yang gembira dan rasa syukur, bapak pulang kerumah, sampai dirumah istrinya menyambut dengan gembira.

Saat membelah perut ikan, ada sebuah mutiara didalamnya, alangkah terkejutnya mereka berdua.

Esok harinya, bapak membawa mutiara itu ke pasar dan menjualnya ke toko emas. Alangkah kagetnya bapak ketika mutiara itu terjual dengan harga tiga ratus juta rupiah.

Secepatnya bapak pulang ke rumah dan memberitahu istrinya. “Alhamdulillah, Allah telah memberi kita nikmat yang luar biasa” ucap istri bapak.

Setelah itu mereka kemudian membagikan sebagian uang kepada fakir miskin dan anak-anak yatim. Kemudian bapak teringat kepada wanita yang dibantunya dulu di pasar.

Setelah tanya sana sini, akhirnya bapak bertemu dengan wanita itu dan mengajaknya pulang. Mereka di angkat menjadi keluarga bapak dan memberikan modal kepada wanita itu untuk berdagang.

“Setiap pertolongan yang kita berikan adalah benih yang kita tanam. Suatu saat akan menghasilkan buah yang manis dan memberi kita kebahagiaan.”

10. Cerita Anak Islami : Kejujuran Ridho

Di sebuah kampung yang jauh, hiduplah sebuah keluarga kecil bahagia, hidup mereka sederhana dan selalu taat menjalankan Sholat 5 waktu.

Itulah keluarga Pak Farhan, keseharian Pak Farhan hidup hanya bercocok tanam. Mereka makan apa adanya hasil dari bercocok tanam.

Ridho anak si mata wayang Pak Farhan rajin membantu kedua orang tuanya, anak yang rajin, jujur, dan berbakti kepada ke dua orang tua.

Sejak kecil, Ridho di didik untuk selalu jujur dan bersikap sopan santun kepada orang lain. Pak Farhan selalu menasehati Ridho dengan sabar jika Ridho berbuat salah.

Setiap berangkat sekolah, Ridho selalu mencium tangan kedua orang tuanya.

Uang saku pun sangat terbatas sekali, namun Ridho tidak pernah mengeluh sedikit pun, ia tetap bersyukur kepada Allah SWT, atas semua kenikmatan yang dimilikinya sekarang.

Ridho tak pernah menuntut orang tua nya jika ia ingin membeli sesuatu, ia membelinya dengan uang saku yang ia tabung setiap hari.

Di sekolah Ridho anak yang pintar, ia selalu menjadi juara kelas namun dia tetap rendah hati dan tidak sombong. Di mata guru-guru, Ridho adalah anak yang jujur dan tidak suka macam-macam.

Suatu siang saat pulang sekolah, Ridho berjalan dengan sendiri. Di tengah jalan yang dia lalui, ada sebuah dompet yang jatuh.

“Ya Allah, dompet siapa ini jatuh di jalan,” kata ridho. Ia mengambil dompet itu dan membuka untuk melihat KTP siapa pemilik dompet itu.

“Alhamdulillah, ada KTP pemilik dompet ini. Inikan Pak Parto, tetangga kampung sebelah” gumam Ridho ketika membaca KTP itu.

“Aku harus mengembalikan dompet ini sekarang, kasihan Pak Parto” kata Ridho sambil berjalan.

Setelah sampai di rumah Pak Parto. “Assalamualaikum, Pak Parto” ucap salam ridho. “Wa’alaikumsalam, eh kamu Ridho, mau cari siapa?” jawab Bu Parto.

“Pak Parto ada bu?” tanya Ridho. “Iya ada, lagi Sholat, silahkan masuk Ridho” jawab Bu Parto. “Terima kasih, bu” ucap Ridho sambil masuk rumah Pak Parto.

Ridho duduk di ruang tamu sambil menunggu Pak Parto yang sedang Sholat. “Sebentar ya, Ridho. Ibu buatkan minuman dulu buat kamu” kata Bu Parto.

“Tidak usah repot-repot bu, terima kasih” jawab Ridho. “Tidak apa-apa, Ridho. Hanya minuman saja kok” sahut Bu Parto.

Setelah beberapa menit, Pak Parto selesai Sholat, dia menemui Ridho di ruang tamu. “Eh kamu Ridho, ada apa kok tumben mampir ke rumah bapak” sambut Pak Parto.

“Iya, Pak Parto. Tadi waktu pulang sekolah, Ridho di jalan menemukan dompet bapak. Ini dompetnya Pak, mohon diperiksa lagi” jelas ridho.

“Alhamdulillah. Bapak tadi juga bingung cari dompet kok tidak ada di saku celana, ternyata kamu yang menemukan.” kata Pak Parto.

Alangkah senangnya hati Pak Parto, ia memeriksa dompetnya, karena ada surat-surat penting di dalam dompet itu.

“Terima kasih, Ridho. Semua masih utuh. Kamu memang anak yang jujur.” kata Pak Parto sambil memeluk Ridho. “Sekali lagi bapak ucapkan terima kasih, Ridho.” ucap Pak Parto

“Iya sama-sama Pak. Dompet ini kan bukan hak Ridho, jadi sudah menjadi kewajiban Ridho mengembalikan dompet ini.” jelas Ridho.

“Ini ada hadiah buat kamu Ridho” kata Pak Parto sambil mengambil uang. “Tidak usah, Pak. Terima kasih, saya ikhlas kok Pak, bukan karena ingin mengharap imbalan” tolak Ridho secara halus.

“Ini bukan imbalan, Ridho. Ini hadiah dari bapak karena kejujuran mu” kata Pak Parto.

“Tidak, Pak. Terima kasih. Ridho tidak bisa menerima hadiah ini. Ridho pamit pulang dulu ya, Pak. Orang tua Ridho pasti khawatir menunggu dirumah” jawab Ridho.

Akhirnya Ridho Pulang kerumah diantar Pak Parto naik mobil, karena Pak Parto memang orang kaya di kampung sebelah.

Sampai dirumah, orang tua Ridho kaget melihat Ridho diantar Pak Parto naik mobil. Pak Parto pun dipersilahkan masuk kerumah Ridho yang sederhana.

Setelah mendengar penjelasan Pak Parto, orang tua Ridho sangat senang dengan kejujuran anaknya, dan yang lebih menggembirakan, Pak Parto bersedia menjadi orang tua asuh Ridho, ia akan membiayai Ridho sekolah hingga cita-citanya tercapai.

Mendengar berita itu, Pak Farhan dan istrinya sujud syukur dan berterima kasih kepada Allah SWT. Tak lupa mereka juga mengucapkan terima kasih kepada Pak Parto.

Allah SWT mempunyai rencana tersendiri untuk hamba-Nya yang taat dan bersabar.

“Kamu tidak bisa mengubah apa yang telah kamu lakukan, namun kamu bisa berkata jujur, meminta maaf, lalu biarkan Allah yang melakukan sisanya.”
Baca Juga :

Artikel Terkait