Sabtu, 04 Desember 2021

Apa Itu Penyakit Jantung Iskemik (Ischaemic Heart Disease) ?







Photo by Mufid Majnun on Unsplash - 

Latar belakang :
  • PJK adalah penyempitan atau tersumbatnya pembuluh darah arteri jantung yang disebut pembuluh darah koroner.
  • Penyakit pembunuh nomor 1 di Indonesia. Persentase penderita tahun 1992 = 16.5% dan 2000 = 26.4%.
  • Masih sedikit yang mengetahui faktor risiko penyebabnya dan pencegahan dilakukan dengan mengendalikan faktor-faktor risiko.
Iskemia adalah ketidakcukupan suplai darah ke jaringan atau organ tubuh. Iskemia timbul oleh adanya permasalahan pada pembuluh darah.

Penyakit Jantung Iskemik (Ischaemic Heart Disease) didefinisikan sebagai kekurangan oksigen dan penurunan atau tidak adanya aliran darah ke miokardium yang disebabkan oleh penyempitan atau terhalangnya arteri.

Penyebab penyakit :
  1. Aterosklerosis.
  2. Oklusi.
  3. Trauma dan Perlakuan.
  4. Aneurisma.
Gejala :
  1. Mual dan muntah.
  2. Takikardia.
  3. Perasaan lemas.
  4. Pengeluaran urine berkurang.
  5. Sakit dada.
Faktor-faktor risiko :

Faktor yang dapat diubah :
  1. Bentuk badan.
  2. Merokok.
  3. Dislipedemia’.
  4. Peningkatan oksidasi LDL.
  5. Obesitas.
  6. Hipertensi.
  7. Kurang aktivitas fisik.
Faktor yang tidak dapat diubah :
  1. Jenis kelamin.
  2. Usia.
  3. Keturunan genetik.
Faktor Psikososial :
  1. Status sosial dan ekonomi yang rendah.
  2. Stres.
  3. Tipe kepribadian A.
Faktor geografik :
  1. Iklim dan musim.
  2. Pengkonsumsi minuman ringan.
Diagnosis
  1. Adanya riwayat penyakit dari keluarga.
  2. Pemeriksaan jantung yang abnormal.
  3. Pemeriksaan laboratorium.
  4. Mendapat riwayat medis.
  5. Tanyakan pada pasien.
Manifestasi Klinik :
  • Iskemia tidak menyebabkan gejala angina (iskemia silent).
  • Gejala berupa sensasi tekanan atau pembakaran di atas stemum atau di dekatnya, yang sering merambat ke rahang kiri, bahu dan tangan.
  • Faktor yang mempercepat reaksi.
  • Pasien dengan angina varian lebih sering mengalami sakit pada kondisi istirahat dan waktu pagi hari.
  • Angina tidak stabil dibagi atas kategori rendah, menengah, dan tinggi.
Terapi farmakologi
  • Golongan Nitrat : Mengatasi serangan angina, pemberian tablet langsung dimasukkan di bawah lidah. Contoh : Gliseril Trititrat, Isosurbid dinitrat, Isosurbid Mononitrat.
  • Golongan Antagonis Kalsium : Sebagai vasodilatasi koroner dan sistemik dengan inhibisi masuknya kalsium melalui kanal tipe-L. Contoh : Amoldipine besilat, Diltiazem HCl dan Felodipine.
Senyawa Pemblok  β-Adrenergik : Menghambat efek adrenalin pada reseptor beta yang terdapat dijantung, paru-paru dan pembuluh darah.

Golongan Salisilat : Mencegah terjadinya pembekuan darah yang dapat memblok aliran darah di pembuluh darah koroner.

Digitalis : Menambahkan kekuatan kontraksi otot jantung, sehingga dapat memperbaiki kemampuan jantung yang melemah.

Anti Platelet : Mengurangi kelengketan yang mempunyai fungsi penting dalam mekanisme penggumpalan darah.

Anti Koagulan : Mencegah pembentukan gumpalan darah di dalam sistem sirkulasi

Diuretik : Menambah ekskresi garam dan air ke dalam urine, jadi mengurangi jumlah cairan dalam sirkulasi, dengan demikian menurunkan tekanan darah.

Obat Antikolesterol : Mengurangi tingkat kolesterol darah dianggap terlalu tinggi.

Anti Hipertensi :  
  • Vasodilator menurunkan tekanan darah dengan merelaksasikan otot-otot halus di sekeliling.
  • Penghambatan ACE menurunkan tekanan darah dengan menghambat produksi angiotension II.
Anti Aritmia : Obat-obat antiaritmia digunakan pada perawatan dan pencegahan aritmia jantung.

Ranolazine : Mengurangi kalsium yang berlebihan di myocytes iskemi melalui penghambatan matrium saat akhir.

1. Monoterapi

a. Nitrat kerja panjang digunakan sebagai monoterapi jangka panjang karena cukup aman.

b. β-Bloker digunakan sebagai monoterapi pada :
  • Penderita IHD yang berhubungan dengan kerja fisik
  • Penderita angina dengan hipertensi atau takikardia
c. Antagonis kanal Ca

2. Terapi Kombinasi
  • Nitrat kerja lama + antagonis kanal Ca
  • β-Bloker + antagonis kanal Ca
  • Nitrat kerja lama + β-Bloker + antagonis kanal Ca
3. Terapi Non Farmakologi
  • Pencegahan primer dengan mengurangi prevalensi IHD.
  • Makan makanan yang sehat.
  • Menghindari makanan tinggi lemak jenuh.
  • Berolahraga lebih teratur.
  • Berhenti minum alkohol.
  • Berhenti merokok.
Evaluasi Hasil Terapi :
  • Pasien dioptimalkan pada terapi medis, gejala harus meningkatkan lebih dari 2 sampai 4 minggu dan tetap stabil sampai penyakit berkembang
  • Batasi penggunaan echocardiography dan pencitraan jantung untuk merusak
  • Pantauan adanya efek samping utama, seperti sakit kepala dan pusing dengan nitrat, kelelahan dan kelesuan dengan β-blocker dan edema perifer, sembelit dan pusing dengan CCBs.
*Sumber: Meta Yunita Primayanti, Rizky Amelia Kusuma, Shabrina Hanifati, Nurhilyah Ailah, Abdul Rahman, Eni Kusrini, Fauzi Aldino, Syalmiah, Linda Wahyuni, Clara Jesica Martin, Muhammad Syukron, Delvy Damayanti, Abdul Husni.
Baca Juga :

Artikel Terkait