Minggu, 28 Mei 2017

Kebenaran Hari Akhir Menurut Buku Dialog-Dialog dalam Kematian

Tags






Photo by Mathew MacQuarrie on Unsplash - 

Tidak satu pun orang di dunia ini yang tidak membenarkan bahwa setiap yang hidup suatu saat pasti mati.

Karena kenyataannya memang begitu dan terlalu banyak bukti sehingga kematian merupakan sebuah keniscayaan yang dibenarkan oleh semua orang.

Sekalipun orang kafir, pasti ia mengakui kebenaran kematian.

Berbeda dengan kematian yang mudah dibenarkan oleh setiap orang, tidak semua yang membenarkan adanya kehidupan setelah kematian, kecuali orang-orang yang beriman.

Manusia yang mengandalkan akalnya semata, bisa jadi menyangkal kebenaran kehidupan akhir, menyangkal kebangkitan kubur, dan menyangkal kebenaran surga dan neraka.

Semua penolakan mereka berakar dan berpangkal pada pengingkaran mereka terhadap kebenaran eksistensi Allah dan kebenaran seluruh firman-Nya. Na'udzu billahi min dzalik.

Mereka adalah kelompok orang-orang sekuler.

Paham sekulerisme yang tumbuh dari filsafat materialistik menegaskan seluruh kebenaran ajaran kitab suci, kecuali yang tidak dapat dibuktikan melalui eksperimen ilmiah.

Sehingga menurut mereka kehidupan hanya sekali saja, yaitu kehidupan dunia ini. Setelah manusia meninggal, selesai sudah segala urusannya.

Sebelum mereka membuktikan nenek moyang dan para pendahulu yang telah meninggal kembali dalam kehidupan dunia ini, mereka tetap menyangkal kebenaran kehidupan setelah kematian.


Kesimpulan akal sekuler tersebut di atas sangat menyesatkan dan tidak proporsional. Akal dianugerahkan oleh Allah swt. dalam kapasitas untuk memikirkan kehidupan material.

Secara ontologis kehidupan alam gaib dan kehidupan akhir setelah kematian bukan merupakan wilayah dan kapasitas kajian akal dan ia sama sekali tidak terjangkau oleh akal manusia.

Memaksakan akal untuk menjangkau kehidupan gaib sehingga sampai pada kesimpulan bahwa kehidupan gaib adalah nonsens.

Term nonsens secara bahasa berarti "tidak dapat dijangkau oleh indra manusia." Dalam pengertian seperti ini adalah benar jika dikatakan "kehidupan akhir adalah nonsens".

Namun oleh pengikut sekulerisme dan materialisme term tersebut digunakan dalam pengertian "tidak benar atau bohong" untuk menyangkal ajaran kitab suci.

Justru sangat tidak ilmiah, karena mereka telah memasuki ontologi sains (ilmu) yang salah. Dalam filsafat ilmu terdapat 3 pilar : ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

Ontologi merupakan kajian mendasar tentang batas-batas obyek wilayah ilmu atau sains.

Epistemologi merupakan kajian teoritis tentang metodologi yang digunakan untuk membangun ilmu atau sains.

Aksiologi merupakan kajian teoritis tentang kegunaan dan penerapan ilmu atau sains.

Alam nyata dan alam ghaib adalah dua ontologi yang berbeda sehingga epistemologi yang digunakan untuk mendekatinya jelas berbeda, demikian juga aksiologinya.

Untuk itu Allah Yang Maha Bijaksana mengirim para rasul untuk menyampaikan wahyu atau kitab suci yang mengajarkan keimanan kepada Tuhan, malaikat, hari akhir, surga dan neraka.

Sebagai satu-satunya sumber kebenaran segala perkara yang tidak terjangkau oleh akal.

Dengan petunjuk wahyu tersebut, logika dan penalaran akal tidak berhenti pada kebenaran sensual (indrawi), tetapi meningkat sampai pada kebenaran rasional dan filosofis.

Dengan bimbingan wahyu tersebut kebenaran adanya kehidupan hari akhir setelah kematian adalah rasional.

Setidaknya terdapat 3 alasan rasional kebenaran hari akhir :

1. Hukum kuasalitas yang dipuja akal manusia tidak mampu menyangkal adanya Allah swt. sebagai sebab dari kehidupan (makhluk).

Tidak mungkin ada kehidupan ini, kecuali ada sebab awalnya. Sebab awal itu adalah Tuhan (Allah swt.) Yang Maha Mencipta (al-Khalik).

Surat Al-Hadid Ayat 3 yang artinya : "Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu."

Pada satu sisi, kehidupan ini merupakan akibat dari kehendak Allah, sedang pada sisi lain kehidupan ini juga sebab adanya kehidupan akhirat nanti.

Jika kehidupan hanya berlangsung di dunia ini saja, tentu hidup ini menjadi sia-sia. Dan ini sangat bertentangan dengan kaidah berpikir kausalitas (sebab akibat).

Dengan demikian, kebenaran kehidupan akhir sebagaimana diajarkan oleh seluruh kitab suci sungguh sangat rasional.

2. Akal manusia tidak hanya membenarkan konsep masa lalu atau sejarah (the pass) melainkan juga membenarkan prinsip masa depan (the future atau the next).

Dewasa adalah masa depan bagi anak-anak, hari tua adalah masa depan bagi orang dewasa. Lalu apa konsep masa depan bagi orang yang sudah lanjut usia ?

Tiada lain adalah kehidupan akhirat. Dengan demikian, kebenaran hari akhir sebagaimana diajarkan para rasul sungguh sangat rasional.

3. Akal manusia juga membenarkan prinsip keadilan, yang melahirkan konsep reward and punishment.

Reward (pahala, ganjaran) mestilah diberikan kepada orang yang banyak berjasa dan berprestasi (beramal saleh).

Sedangkan punishment (hukuman) harus diberikan kepada orang yang berbuat salah (dosa). Namun, kenyataan di dalam kehidupan ini, konsep keadilan tersebut belum berlaku seutuhnya.

Banyak orang yang sepanjang hidupnya berbuat kebajikan namun belum pernah mendapatkan penghargaan.

Banyak pula orang yang sepanjang hidupnya berbuat jahat namun belum pernah tertangkap sampai mereka wafat.

Dengan demikian, kebenaran kehidupan akhir sebagaimana yang diajarkan kitab suci yang merupakan kelanjutan dari kehidupan dunia ini, sungguh sangat rasional.

Sekian dan terima kasih. Semoga bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian. Wassalamualaikum Wr Wb

*Sumber : Buku Dialog-Dialog Dalam KEMATIAN
Baca Juga :

Artikel Terkait