Jumat, 28 Juli 2017

Fase Pertumbuhan dan Penyakit Disebabkan Bakteri Staphylococcus Aureus







Bakteri merupakan organisme prokariot, bersel tunggal, umumnya berukuran lebih kecil dari sel eukariot dan sangat kompleks meskipun ukurannya kecil.

Kelompok bakteri terdiri atas semua organisme prokariotik patogen dan non patogen yang terdapat di daratan dan perairan, serta organisme prokariotik yang bersifat foto autotrof.

Fase Pertumbuhan Bakteri

Fase Pertumbuhan bakteri

  • Fase Lamban (Lag)
Fase lamban adalah fase dimana sel-sel yang kekurangan enzim dan metabolit akibat bakteri masih beradaptasi dengan lingkungan.

Enzim-enzim dan zat antara dibentuk dan dikumpulkan hingga mencapai konsentrasi yang memungkinkan pertumbuhan berlanjut.
  • Fase Eksponensial
Fase eksponensial merupakan fase dimana mikroorganisme tumbuh dan membelah pada kecepatan maksimum, tergantung pada genetika mikroorganisme, sifat media dan kondisi pertumbuhan.
  • Fase Stasioner
Pada fase stasioner, pertumbuhan mikroorganisme berhenti dan terjadi keseimbangan antara jumlah sel yang membelah dengan jumlah sel yang mati.

Pada fase ini terjadi akumulasi produk buangan yang toksik.

Terdapat kehilangan sel yang lambat karena kematian diimbangi dengan pembentukan sel-sel baru melalui pertumbuhan dan pembelahan dengan nutrisi yang dilepaskan oleh sel-sel yang mati karena mengalami lisis.
  • Fase Kematian
Pada fase kematian jumlah sel yang mati meningkat. Hal ini disebabkan karena tidak tersedianya nutrisi dan akumulasi produk buangan yang toksik (Jawetz dkk, 2013).

Staphylococcus Aureus termasuk dalam genus Staphylococcus yang merupakan patogen utama pada manusia.

Staphylococcus Aureus merupakan salah satu bakteri yang terdapat dikulit. Bakteri Staphylococcus Aureus merupakan flora normal pada kulit manusia.

Staphylococcus Aureus adalah salah satu bakteri patogen yang bisa menyebabkan infeksi kulit seperti, impetigo, ruam, infeksi kulit, folikulitis dan infeksi pada folikel rambut.

Staphylococcus Aureus dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya tersebar luas dalam jaringan dan melalui pembentukan berbagai zat ekstraseluler.

Berbagai zat yang berperan sebagai faktor virulensi dapat berupa protein, termasuk enzim dan toksin, contohnya:
  • Katalase adalah enzim yang berperan pada daya tahan bakteri terhadap proses fagositosis. Tes adanya aktivitas katalase menjadi pembeda genus Staphylococcus dari Streptococcus.
  • Enzim ini dapat menggumpalkan plasma oksalat atau plasma sitrat, karena adanya faktor koagulase reaktif dalam serum yang bereaksi dengan enzim tersebut. Esterase yang dihasilkan dapat meningkatkan aktivitas penggumpalan, sehingga terbentuk deposit fibrin pada permukaan sel bakteri yang dapat menghambat fagositosis.
  • Hemolisin merupakan toksin yang dapat membentuk suatu zona hemolisis disekitar koloni bakteri. Hemolisin pada Staphylococcus Aureus terdiri dari alfa hemolisin, beta hemolisin, dan delta hemolisisn. Alfa hemolisin adalah toksin yang bertanggung jawab terhadap pembentukan zona hemolisis di sekitar koloni Staphylococcus Aureus pada medium agar darah. Toksin ini dapat menyebabkan nekrosis pada kulit hewan dan manusia.
  • Toksin ini dapat mematikan sel darah putih pada beberapa hewan. Tetapi perannya dalam patogenesis pada manusia tidak jelas, karena Staphylococcus patogen tidak dapat mematikan sel-sel darah putih manusia dan dapat difagositosis.
  • Toksin ini mempunyai aktivitas proteolitik dan dapat melarutkan matriks mukopolisakarida epidermis, sehingga menyebabkan pemisahan intraepitelial pada ikatan sel di stratum granulosum. Toksin eksfoliatif merupakan penyebab Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (SSSS), yang ditandai dengan melepuhnya kulit.
  • Toksin Sindrom Syok Toksik (TSST) sebagian besar galur Staphylococcus Aureus yang diisolasi dari penderita sindrom syok toksik menghasilkan eksotoksin pirogenik. Pada manusia, toksin ini menyebabkan demam, syok, ruam kulit, dan gangguan multi sistem organ dalam tubuh
  • Enterotoksin adalah enzim yang tahan panas dan tahan terhadap suasana basa di dalam usus. Enzim ini merupakan penyebab utama dalam keracunan makanan, terutama pada makanan yang mengandung karbohidrat dan protein.
Beberapa jenis penyakit yang disebabkan oleh infeksi Staphylococcus sp adalah:
  • Impetigo adalah penyakit infeksi kulit yang menimbulkan bintil-bintil yang berisi nanah.
  • Folikulitis adalah infeksi superfisial pada folikel-folikel rambut dan mengeluarkan pustula yang berwarna putih.
  • Furunkel adalah infeksi Staphylococcus Aureus yang menginvasi bagian dalam dari bagian rambut. Furunkel merupakan peradangan yang disertai pembengkakan dan menyakitkan.
  • Karbunkel adalah radang di bawah kulit yaitu kumpulan peradangan yang terikat satu dengan yang lain di bawah kulit.
  • Hidradengitis adalah infeksi kelenjar tertentu di wilayah ketiak dan alat genital.
  • Mastitis adalah infeksi pada payudara, yang terjadi pada payudara ibu yang sedang menyusui melalui luka puting pada payudara.
  • Endokarditis Infeksi pada katup jantung yang disebabkan karena Staphylococcus Aureus menyerang endokardium yang merupakan bagian terdalam dari jantung. Kondisi ini menyebabkan kerusakan permanen pada jantung.
  • Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan pada otot di sekitar tulang
  • Artritis Septik merupakan infeksi Staphylococcus yang menyebar ke pembuluh darah, tangan, kaki, dan punggung tempat abses kemudian berkembang. Bagian yang terinfeksi akan membengkak dan berisi nanah.
  • Pneumonia Infeksi Staphylococcus Aureus pada paru-paru dapat menyebabkan pneumonia.
  • Sindrom kulit terbakar (Staphylococcal Scalded Skin Syndrome) merupakan infeksi pada kulit yang mengelupas seperti terbakar. Infeksi biasanya berupa keropeng yang terisolasi yang menyerupai impetigo dan biasa terjadi pada bayi pada daerah yang tertutup popok atau di sekitar tali pusar.
  • Sindrom renjat toksik, infeksi ini menyebabkan demam tinggi, tekanan darah rendah, kulit terkelupas, dan kerusakan organ tertentu. Sindrom ini dapat mengakibatkan kematian.
  • Keracunan makanan yang disebabkan oleh Staphylococcus Aureus dikarenakan toksin yang dihasilkan Staphylococcus Aureus ditandai dengan gejala mual, muntah, kejang perut dan diare.
Mekanisme Infeksi:
  • Perekatan pada protein sel inang
  • Invasi
  • Perlawanan terhadap ketahanan inang
  • Pelepasan beberapa jenis toksin
Kerentanan Terhadap Antibiotik

Antibiotik yang efektif untuk Staphylococcus Aureus meliputi:
  • Linezolid
  • Aminoglikosida
  • Eritromisin
  • Klindamisin
  • Asam fusidat
  • Kloramfenikol 
Pencegahan dan Pengendalian

Beberapa upaya pencegahan infeksi:
  • Petugas kesehatan selalu menjaga kebersihan/sanitasi, peralatan medis yang digunakan, dan kamar operasi.
  • Fasilitas penunjang kebersihan seperti adanya wastafel, handuk bersih, sabun cuci tangan, desinfektan, antiseptik, dll.
  • Pengetahuan mengenai tindakan untuk mencegah terjadinya infeksi.
  • Kesadaran untuk memperhatikan kebersihan diri dalam pencegahan infeksi
Staphylococcus Aureus merupakan salah satu bakteri nosokomial dan bakteri yang sering digunakan pada pengujian untuk efek antibakeri.

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ada vaksin A yang dapat melindungi pasien dari bakteri Staphylococcus Aureus.

Kemudian pada pasien paska operasi dengan anastesi umum, setelah ditemukan perlakuan batuk dan nafas dalam menunjukkan penurunan kolonisasi Staphylococcus aureus.

Pada pengujian untuk efek anti bakteri pada air perasan jeruk nipis, menunjukkan hasil bahwa air perasaan yang dimaksud dapat menghambat bakteri Staphylococcus aureus.

*Sumber: Desi Yuliana Harahap, Elfitri Kusumawardhani, Nitya Wita Utama, Barito Vernando
Baca Juga :

Artikel Terkait