Photo by Hans Reniers on Unsplash - |
Pendahuluan
Parfum adalah produk yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan sehari-hari.
Apalagi saat ini aroma parfum yang ditawarkan sudah semakin beragam, baik yang dikhususkan untuk pria, wanita, ataupun untuk keduanya.
Kata parfum sendiri berasal dari bahasa latin “per fumum” yang berarti melalui asap. Riwayat parfum telah ada sejak zaman Mesopotamia kuno sekitar lebih dari 4000 tahun yang lalu.
Pada zaman dahulu, orang-orang menggunakan tanaman herbal, rempah-rempah dan bunga dan dicampurkan bersama untuk membuat wewangian.
Selanjutnya pada pertengahan abad ke-15 parfum mulai dicampur minyak dan alkohol.
Meskipun demikian, parfum baru mengalami kemajuan pesat pada abad ke-18 dengan munculnya beragam aroma wewangian dan botol yang indah (Wikipedia, 2011).
Dalam 20 tahun terakhir ini terdapat peningkatan yang pesat pada jumlah produksi parfum (Albano, Goodelman, Kunes, & O’Rourke 2010).
Bahkan industri parfum diperkirakan dapat memperoleh hasil penjualan tahunan sebesar 25-30 juta dollar (NYtimes, 2009).
Hal tersebut menunjukkan adanya kebutuhan masyarakat akan parfum yang semakin hari semakin meningkat. Ada beberapa alasan mengapa konsumen menggunakan parfum.
Dari hasil penelitian Borgave & Chaudari (2010), konsumen merasa lebih baik dan merasa lebih percaya diri setelah menggunakan parfum.
Hasil penelitian lainnya dari Borgave & Chaudari (2010), adalah konsumen menilai wangi parfum berada di urutan pertama yang dipertimbangkan pada saat akan membeli parfum.
Urutan selanjutnya adalah merek, harga, dan kemasan parfum itu sendiri. Parfum original berarti parfum asli yang dibuat dengan proses yang lama.
Parfum berasal dari bahasa Latin, per fumus yang berarti melalui asap (through smoke).
Seni membuat parfum pertama kali dimulai pada sejak era Mesopotamio dan Mesir kuno yang kemudian disempurnakan oleh bangsa Romawi dan Persia.
Meskipun parfum dan wewangian juga dapat ditemukan di India, namun kebanyakan parfum dan wewangian tersebut berbentuk dupa bukanya parfum cair.
Tercatat pembuat parfum original pertama adalah seorang wanita Mesopotamia yang bernama Tapputi pada SM milinium ke-2. Parfum hasil ciptaannya disebut tablet runcing.
Parfum ini adalah hasil penyulingan dari bunga, minyak dan calamus dengan aromatic lain yang dilakukan beberapa kali.
Dikarenakan parfum original menjadi salah satu mata pencarian utama bagi Perancis maka budidaya bunga sebagai esensi parfum pun dimulai pada abad ke-14.
Pembudidayaan ini dilakukan pada bagian selatan negara Perancis. Antara abad 16-17, parfum original banyak digunakan oleh orang kaya untuk menutupi bau badan akibat jarang mandi.
Seperti telah diketahui bahwa pewangi telah dikenal dari zaman dahulu, seperti digunakan di mesir, arab, cina dan Negara-negara lainnya.
Bahan pewangi ini diperoleh dengan cara destilasi uap. Dapat diperoleh dari minyak sereh, daun nilam, cengkeh maupun kulit kayu manis.
Bahan pewangi dalam bentuk parfum tidak hanya digunakan untuk bahan pewangi saja, tetapi dapat digunakan untuk menetralisir keracunan makanan oleh bakteri tertentu, seperti dilakukan oleh orang-orang india dalam menggunakan parfum “tambul” yang terdapat dan terbuat dari rempah-rempah.
Bahan pewangi dalam parfum digunakan dengan mencampurkan dengan zat pengikat dalam hal ini juga digunakan alkohol.
Hampir semua wanita menggunakan parfum. Tentunya parfum juga terdiri dari parfum asli maupun parfum refill (isi ulang).
Suhu pada kulit menentukan penguapan parfum, dan banyak menentukan karakter wangi yang sesuai.
Mereka yang memiliki suhu tubuh yang tinggi perlu mencari parfum yang dapat menguap pelan-pelan, sedangkan yang memiliki suhu tubuh lebih dingin dapat mencari parfum yang lebih aktif dan mudah menguap.
Oleh karena itu, percobaan ini perlu dilakukan agar kita dapat mengetahui cara pembuatan parfum serta mengetahui formulasi pembuatan parfum dan mengujinya dengan uji organoleptis.
Jadi, yang melatarbelakangi percobaan dilakukannya percobaan ini yaitu untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan parfum.
Selain itu kita dapat mengetahui kandungan dari sampel yang digunakan yaitu bunga durian karena begitu pentingnya parfum dalam kehidupan sehari-hari.
Rumusan Masalah
Berdasarkan dilihat dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
- Bagaimana cara pembuatan parfum?
- Bahan dan peralatan apa saja yang diperlukan untuk membuat parfum?
- Bagaimana penanganan limbah pada proses pembuatan parfum?
- Bagaimana pengolahan limbahnya?
Tujuan
Adapun tujuan dari tugas ini adalah :
- Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Industri Jurusan Kimia Fakultas Mipa Universitas Andalas
- Untuk mengetahui proses pembuatan parfum
- Untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang industri
- Untuk mengetahui penanganan dan pengolahan limbah dari proses pembuatan parfum
Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini :
- Memberikan pengetahuan dan menambah wawasan
- Memberikan informasi dalam kimia industri
Pembuatan Parfum
Alat dan Bahan
Alat:
- Beaker glass
- Batang pengaduk
- Labu leher 3
- Kondensor bola
- Heat mantle
- Sambungan T
- Pendingin liebig
- Erlenmeyer
- Panci
- Tiang statif
- Klem
- Ember
- Selang masuk dan keluar
- Pompa aquarium
- Termometer
- Corong kaca
- Tutup botol
Bahan:
- Bunga durian
- Alkohol 70%
- Vaselin
- Garam
- Es batu
- Tisu
- Karet gelang
- Botol
- Plastik
- Kertas saring
Prosedur Percobaan
Maserasi Daun Nilam:
- Bunga durian dikeringkan tanpa menggunakan sinar matahari hingga kering
- Dirobek-robek sampai kecil daun nilam
- Ditambah dengan alkohol 70% sebanyak 1 liter
- Disaring
- Diambil titranya
Destilasi:
- Dimasukkan filtrat dalam labu alas bulat leher 3
- Dihubungkan kondensor bola ke sambungan T
- Di dalam sambungan T dipasang termometer
- Dihubungkan ke pendingin liebig
- Dihubungkan ke labu erlenmeyer
- Didalam pendingin liebig dipasang selang masuk dan keluar
- Dipasang ember yang telah diisi es batu dan air yang telah terpasang oleh pompa
- Di dalam heat mantle, filtrat dipanaskan hingga suhu 70⁰C-80⁰C
- Diamati dan didapatkan hasil
Proses Selanjutnya
Sampel (daun nilam):
- Dikeringkan sampel selama satu minggu
- Dilakukan maserasi sampel dengan alkohol 70% selama 3 hari
- Disaring
- Dimasukkan ke dalam labu leher 3
- Dirangkai alat destilasi bertingkat
- Dilakukan proses destilasi menggunakan sampel yang telah dimaserasi
- Dimasukkan ke dalam botol
Proses Pengolahan Tanaman Nilam
Pada dasarnya pemanfaatan nilam di olah tujuannya adalah untuk mendapatkan minyak nilam itu sendiri, dan langkah dari pengolahan nilam tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang sederhana, dan tidak rumit.
Hanya saja untuk alat-alatnya yang diperlukan dalam proses pengolahannya mempunyai nilai ekonomis yang tidak sedikit karena hampir semua alat yang digunakan terbuat dari bahan dari stainles steell agar awet dan higienis.
Cara penyulingan minyak nilam itu sendiri dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu direbus, dikukus dan diuap.
1. Di rebus. Cara penyulingan minyak nilam yang paling baik adalah dengan sistem ini yang pada dasarnya hanyalah dengan mengalirkan uap yang bertekanan tinggi.
Pada cara ini drum perebus air (ketel) dipisahkan ari drum bahan (still). Uap air yang dihasilkan pada ketel perebus air, dialirkan pada sebuah pipa ke dalam drum bahan.
Bahan yang disuling diletakkan diatas piringan yang berlubang – lubang di dalam drum. Piringan boleh lebih dari satu dan di susun secara bertingkat.
Untuk memudahkan pergerakan uap air ke tingkat yang lebih tinggi, maka harus disediakan ruang kosong antara bahan yang terletak pada piringan di bawahnya dengan piringan di atasnya.
Antara piringan yang terletak pada susunan yang paling bawah dan alas drum harus ada ruang kosong sebagai tempat penampung uap yang dihasilkan oleh ketel.
Uap jernih yang dihasilkan di ketel dialirkan ke drum bahan. Bersama uap air ini minyak nilam akan ikut terbawa.
Selanjutnya campuran minyak dan uap dikondensasi di pipa pendingin setelah mengalami pendinginan, campuran air dan minyak ditampung di bejana pemisah.
Dengan adanya perbedaan berat jenis maka air dapat dipisahkan dengan minyak. Penyulingan dengan cara ini akan menghasilkan minyak bermutu tinggi.
Semua peralatan penyulingan sebaiknya terbuat dari logam yang tidak mudah berkarat.
Logam yang mudah berkarat dapat bereaksi dengan minyak, sehingga dapat mempengaruhi komposisi dan warna minyak.
Logam terbukti tidak bereaksi dengan minyak adalah baja tahan karat yang lebih dikenal dengan stainless steel.
Logam alumunium juga dapat digunakan sebagai bahan ketel sulingan, karena tidak mempengaruhi mutu minyak.
2. Di kukus. Penyulingan dikukus, mirip cara pertama, hanya saja antara daun nilam dan air dibatasi saringan berlubang. Daun nilam diletakkan di atas saringan, sementara air berada di bawahnya.
3. Di uap. Sementara sistem penyulingan uap menjamin kesempurnaan produksi minyak atsiri.
Pada sistem ini bahan tidak kontak langsung dengan air maupun api. Prinsipnya, uap bertekanan tinggi dialirkan dari ketel perebus air ke ketel berisi daun nilam (ada dua ketel).
Uap air yang keluar dialirkan lewat pipa menuju kondensor hingga mengalami proses kondensasi.
Cairan (campuran air dan minyak) yang menetes ditampung, selanjutnya dipisahkan untuk mendapatkan minyak nilam.
Pada umumnya petani nilam memakai teknik uap karena hasilnya yang paling bagus, seperti kelompok tani di Kulon Progo Yogyakarta dan kelompok tani nilam di Kuningan, Jawa Barat, memakai sistem penyulingan uap berkapasitas 100 kg per ketel.
Hasilnya 2,2 kg – 2,8 kg minyak nilam untuk sekali penyulingan selama delapan jam (terbagi atas empat tahap).
Masing-masing tahap lamanya 2 jam. Sekali menyuling menghabiskan bahan bakar minyak tanah 40 liter (Rp. 295.000,-).
Fungsi dan Manfaat Minyak Nilam
1. Karena sifat aromanya yang kuat, minyak ini banyak digunakan dalam industri parfum. Sepertiga dari produk parfum dunia memakai minyak ini, termasuk lebih dari separuh parfum untuk pria.
Selain untuk parfum, minyak ini juga digunakan untuk berbagai keperluan yang dapat membantu beberapa aktivitas, minyak nilam biasanya digunakan sebagai pewangi kertas tisu, campuran deterjen pencuci pakaian, pewangi ruangan.
Berfungsi sebagai bahan utama setanggi dan pengusir serangga perusak pakaian.
Berfungsi untuk menambah nafsu makan, membantu pencernaan, menyehatkan jantung, mengobati batuk, menurunkan panas, menghilangkan sesak napas, mengobati diare, mengobati eksim dan koreng.
Sebagai antibiotika, dan atraktan hama lalat buah atau pemikat hama lalat buah.
Fungisida untuk mengendalikan Pyricularia oryzae yang merupakan penyebab penyakit bercak dan busuk daun yang menyerang tanaman padi.
Kandungan eugenol pada minyak atsiri daun selasih mampu menekan pertumbuhan nematoda tanaman lada.
Minyak atsiri selasih berbau harum yang dikenal dengan nama basil oil, minyak ini digunakan sebagai bahan pembuatan parfum, sampo, terapi aroma.
2. Pengolahan Limbah Penyulingan Nilam Sebagai Kompos
Pengolahan limbah penyulingan nilam sebagai kompos dapat dilakukan dengan pengkomposan limbah nilam dengan menggunakan pupuk kandang atau pupuk kandang + kapur + EM4 1% selama 3 minggu menghasilkan kompos limbah nilam dengan status hara dan tingkat dekomposisi yang baik (Djazuli, 2002b).
Pemanfaatan limbah hasil penyulingan nilam dapat dipertimbangkan untuk dipergunakan sebagai pupuk kompos yang potensial, karena pemberian kompos mampu meningkatkan bobot segar terna nilam secara nyata pada tiga taraf pemupukan NPK yang diberikan.
Hal ini disebabkan oleh kandungan hara pada kompos limbah nilam relatif tinggi, sehingga mampu memperbaiki pertumbuhan dan produktivitas tanaman nilam secara nyata.
3. Pengolahan limbah penyulingan nilam sebagai pengendali OPT
Aplikasi pemulsaan berpengaruh terhadap perbaikan fisik, kimia dan biologi tanah sekaligus dapat memperbaiki pertumbuhan dan produktivitas suatu tanaman.
Dalam pembudidayaannya, penggunaan mulsa pada tanaman nilam sangat dianjurkan terutama untuk mengurangi cekaman tanaman terhadap kekeringan pada musim kering dan menekan pertumbuhan tanaman gulma.
Hasil penelitian penggunaan mulsa menunjukkan bahwa mulsa alang-alang nyata meningkatkan produksi daun dan minyak nilam Aceh sebesar 159,6% dan 181,7% dibandingkan kontrol, sedangkan mulsa semak belukar sebesar 286,5% dan 344,1%. (Tasma dan Wahid, 1988).
Tingginya kandungan hara di dalam mulsa belukar terlihat berpengaruh nyata terhadap tingkat pertumbuhan dan produktivitas tanaman nilam, serta rendemen minyak nilam.
Secara umum mulsa yang diaplikasikan pada tanaman yang dapat menekan perkembangan OPT yang hidup didalam tanah seperti nematoda parasit.
Mulsa menjadi sumber makanan bagi berbagai mikroorganisme tanah, bakteri dan jamur. Peningkatan organisme pengurai akan memacu peningkatan populasi nematoda pemakan bakteri dan pemakan jamur.
Pengaruh dari proses tersebut adalah meningkatnya populasi nematoda predator yang dapat mempengaruhi populasi nematoda parasit melalui kompetisi, antagonisme atau karena terciptanya kondisi yang kurang menguntungkan.
Selain itu, proses dekomposisi dari limbah nilam ini menghasilkan senyawa nitrat dan amoniak nitrogen yang beracun bagi berbagai OPT termasuk nematoda.
Efektifitas mulsa dalam menekan populasi OPT akan meningkat apabila bahan organik penyusunnya mengandung bahan kimia tertentu atau dicampur dengan bahan yang mengandung zat kimia tertentu yang beracun bagi OPT.
Contohnya penggunaan limbah nilam sebagai mulsa pada tanaman vanili yang dicampur dengan limbah penyulingan/pengolahan tanaman cengkeh yang telah terbukti dapat menekan perkembangan penyakit busuk pangkal batang pada tanaman vanili.
Yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum dan penyakit busuk akar pada tanaman jambu mete yang disebabkan oleh jamur Rigidoporus micropus atau oleh jamur F.solani dan F. oxysporum.
Limbah penyulingan dari tanaman cengkeh yang dimanfaatkan sebagai mulsa dapat menekan perkembangan serangan penyakit karena tanaman cengkeh mengandung eugenol yang dilaporkan bersifat anti jamur.
Berdasarkan dari hal tersebut diatas dapat dikatakan bahwa limbah hasil penyulingan nilam berupa daun dan rantingnya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk, mulsa dan pengendali organisme pengganggu tumbuhan yang cukup baik untuk dikembangkan.
Mulsa dari limbah pengolahan nilam ini yang kemudian menjadi pupuk diharapkan dapat menurunkan tingkat defisiensi bahan organik di dalam tanah.
Limbah pengolahan nilam sebagai pengendali organisme pengganggu tumbuhan diharapkan dapat menekan tingkat serangan hama tanaman, sehingga dapat berfungsi sebagai pestisida nabati yang dapat menggantikan pestisida sintetik.
4. Limbah nilam dimanfaatkan untuk meningkatkan peran mikroba dalam tanah
Jamur mikoriza arbuskula (MA) merupakan salah satu mikroba yang mulai dimanfaatkan pada budidaya nilam.
MA merupakan jenis mikoriza dengan penyebaran luas dan mudah berasosiasi dengan akar tanaman.
Jamur ini dapat ditemukan pada hampir seluruh jenis tanah di daerah tropis, termasuk juga daerah-daerah marginal.
Salah satu keuntungan bagi tanaman yang bersimbiose dengan mikoriza adalah peningkatan efisiensi serapan beberapa unsur hara seperti P, K, Zn dan sulfat. (Pearson dan Diem, 1982).
5. Limbah hasil penyulingan nilam juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk dijadikan bahan bakar (biomassa)
6. Limbah nilam dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan dupa. Aroma yang kuat pada limbah nilam, daunnya dapat dimanfaatkan untuk dijadikan dupa.
Adapun cara pembuatan dupa tersebut yaitu caranya Daun limbah hasil proses penyulingan dijemur hingga kering lalu digiling halus. Diberi sedikit binder (bahan perekat) dan kemudian dicetak.
Baca Juga :