Sabtu, 05 Januari 2019

Long Distance Relationship (LDR) Terjauh

Tags






Long Distance Relationship (LDR) Terjauh

Ini kisahku, Bella Anastasia. Kisah yang berawal dari kehidupanku di panti asuhan. Jika kalian bertanya kenapa aku di sini jawabannya kecelakaan pesawat.

Akibat kecelakaan itu aku harus kehilangan segalanya, orangtuaku, adikku dan abangku. Perasaan kecewa, hancur, sedih, putus asa itulah yang aku rasakan saat itu.

Bahkan bunuh diri pernah terlintas di pikiran ku saat itu. Tetapi ternyata kehidupan ku tidak berakhir disitu, melainkan inilah awal kisahku.

Di sini, di panti asuhan ini aku memulai hidup baruku bersama seorang THOR. Ia dia THOR ku, sang pelindung, sang penyemangat hidupku. Namanya Daniel Pradipta.

Kehidupan kami selalu dijalani bersama, mengerjakan segala sesuatu bersama, suka dan duka kami lewati bersama. Kedatangan Daniel berhasil membawa ku keluar dari kegelapan.

Tetapi kebersamaan, kebahagiaan yang kami mulai dari kecil seakaan runtuh seketika. Ketika aku mendapat kabar bahwa Daniel akan diadopsi oleh seorang pengusaha sukses.

Perasaanku saat itu bercampur aduk, antara sedih harus kehilangan Daniel atau bahagia karena impian Daniel untuk diadopsi dan dapat bersekolah seperti remaja biasanya terkabul.

Tok...Tok...Tok

“Bella..bole aku masuk ?“ Suara Daniel terdengar dari depan pintu rumah panti ku. Sedangkan aku, tidak menjawab atau membukakan pintu rumah pantiku, aku tidak siap jika harus bertemu dengannya.

Aku tidak kuat jika harus melepaskan Daniel, aku tidak siap berpisah dengannya.

“Bella..” Ucap Daniel ketika dia berhasil masuk ke rumah ku.

“Bella jangan seperti ini, please..” Ucap Daniel dengan nada sendu

Aku yang dari tadi berusaha membendung air mataku agar tidak jatuh mendadak runtuh begitu saja saat tiba-tiba Daniel menghampiriku.

“Kamu jahat daniel, kamu jahat. Kamu bilang gak bakalan tinggalin aku sendiri, kamu bii-langg.. hikss..kamu akan selalu ada saat aku sedih, Daniel”.

“Bella.. a-aku gak bermaksud ninggalin kamu bel, aku janji bakalan bawa kamu sama aku bel” Ucap Daniel dengan sendu.

“Aku benci kamu daniel, aku benci kamu“ Ucap ku dengan pelan sambil menunduk ke bawah.

“Lihat mata aku bel, lihat bel” ucap Daniel sambil mengangkat wajahku ke atas.

“Aku janji bel bakalan bawa kamu pergi sama aku, kamu bisa pegang janji aku bel, udah jangan nangis lagi bel, aku gak sanggup jika harus berpisah dengan kamu kalo kamu kayak gini bel.” Ucap Daniel dengan senyum termanis miliknya.

“A-aku p-pegang janji kami Da-nniel “ Ucap ku dengan sisa isak tangis.

~~~

Hingga hari ini tepat 1 minggu Daniel pergi dari kehidupanku, kesepiaan mungkin itu satu kata yang mewakili perasaanku saat ini.

“Bella..bisa keluar sebentar nak?” Ku dengar suara ibu panti yang sudah ku anggap seperti ibuku sendiri memanggil ku.

“Yaa buu, aku akan keluar“ Ucapku disertai langkahan menuju ruang tamu. Hingga tiba di ruang tamu, aku melihat sepasang suami istri yang ku tebak sudah berkepala tiga sedang berbicara dengan ibu panti.

“Ibu..ada apa bu?” Ucapku sopan sambil melangkah ke tempat ibu duduk.

“Ehh nak Bella..sini nak duduk di samping ibu” Ucap ibu sambil menepuk sofa kosong di sebelahnya. Hingga kemudian, ketika aku sudah duduk, ibu panti berbicara.

“Kenalin pak bu ini Bella Anastasia, Bella kenalin ini om Hardi dan tante Mila” Jelas ibu.

“Bella, om tante” Ucapku sambil menyalami sepasang suami istri tersebut dengan senyum dan mereka pun membalas menyalami ku.

“Jadi gini nak Bella, om sama tante ini gak bisa punya anak dan tujuan kita disini ingin mengadopsi kamu” Ucap oom yang aku ketahui bernama om Hardi.

“Jadi gimana nak Bella ? Kamu mau ikut om dan tante ini? “ Tanya bu panti.

“Saya mau om, tante tapi sebelum itu saya ingin tanya, kenapa om dan tante memilih mengadopsi saya?” Ucapku disertai kerutan di dahiku.

“Kalo itu nak, kemarin saudara saya mengadopsi seorang anak cowok kisaran umur 16-17-an gitu nak di sini dan katanya di panti ini ada seorang gadis manis bernama Bella dan karna kami ingin mengadopsi anak perempuan maka saya dan suami saya ingin mengadopsi kamu nak“ Jelas tante Mila disertai senyum di bibirnya.

Mendengar apa yang tante Mila katakan tadi, aku teringat dengan sosok Daniel. Namun aku segera menepis Daniel dari pikiranku agar aku tidak dilanda rasa sedih terus menerus.

“Baik om tante, saya mau“ Ucapku dengan senyum di bibirku dan tiba-tiba.

“Sini nak Bella, tante mau peluk kamu“ Ucap tante Mila dan mulai memelukku. Di tengah pelukannya, tante Mila berkata sesuatu yang membuatku menangis di tengah pelukannya.“ Panggil tante mama ya nak dan oom papa“ Ucap tante Mila yang membuat air mataku mengalir begitu saja membasahi pipiku dan tiba tiba saja om Hardi yang sekarang resmi menjadi papaku, memeluk kami berdua.

Saat ini dan detik ini juga, aku merasakan kembali kehangatan yang sudah hilang selama 12 tahun ini, kehangatan sebuah keluarga yang berhasil aku dapatkan kembali.

~~~

Hingga hari ini aku memasuki sekolah dan satu hal yang baru ku ketahui bahwa aku satu sekolah dengan Daniel. Ada perasaan bahagia dicampur rindu tersendiri di dalam hatiku.

Hingga hari ini seperti biasa, kegiatan sekolah berjalan lancar.

“Daniel..lempar kesini dong bolanya “ Yaa saat ini kami sedang bermain bola basket sama di lapangan sekolah ini. Hmm mungkin itu sudah menjadi rutinitas kami berdua selama sekolah.

“Sini dong bel..kejar bolanya, masa gitu aja gak bisa sih”

“Yee enak aja, kamu tuh anak basket beda dong sama aku yang anak dance”

“Hahahhahh..yaudah sini istirahat dulu“ Ajak Daniel.

Saat kami sudah duduk, satu hal yang baru kusadari bahwa rambut Daniel makin lama semakin menipis.

“Daniel ini rambut kamu kok rontok gitu sih ?” Ucapku yang dengan penasaran langsung memegang rambut Daniel.

“Ehmm efek shampoo kali“ Ucap daniel dengan sedikit gugup.

“Udah balik yuk bel, udah sore nih” Ucap Daniel.

~~~

Hari berganti hari, bulan berganti bulan.

Hari ini tepatnya hari terakhir kami UAS. Suara bel berdering menandakan waktu ujian berakhir. Aku keluar kelas bersama Daniel.

“Bella.. liburan nanti aku pamit yaa sama kamu“ Ucap Daniel di tengah langkah kami.

“Kayak mau pergi jauh aja pamitan” Ucapku disertai tawa.

“Yee nih anak bercanda mulu..pokoknya kalau aku pergi nanti jangan nangis ya dan ingat pesan aku jangan lupa belajar, makan, mandi, minum“ Ucap Daniel.

“Kayak apa aja aku nangis“ Ucapku dengan tertawa lebar.

“Emang kamu mau kemana sih liburan nanti?“ Ucapku ketika ketawaku berhasil berhenti.

“Gak tau bel, keluarga aku sih ngajak keluar negri, kamu jaga diri baik-baik yaa dan ingat apapun yang terjadi fokus aja sama diri kamu dan sekolah kamu, jangan pikirin yang lain-lain“ Ucap Daniel.

“Ohh yaa jangan lupa cara tersenyum yaa Bella Anastasia“ Ucap daniel dengan senyum maut miliknya.

Aku tidak menjawab apapun yang diucapkan oleh Daniel. Ntah kenapa firasatku mengatakan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi namun aku berusaha menyingkirkan pikiran buruk itu dari pikiranku.

~~~

Hingga hari ini tepatnya sudah 1 tahun aku dan Daniel tidak bertemu baik di sekolah maupun di rumah.

Pikiran buruk ku tentang Daniel 1 tahun yang lalu muncul kembali. Perasaan cemas ku kembali menghantui hatiku.

Sebagai seorang sahabat dari kecil, aku tau ada sesuatu yang tidak beres di sini, Daniel tidak pernah menghilang tanpa alasan.

Hingga ketika aku sudah sampai di rumah dari pulang sekolahku, aku mendengar isak tangis dari ruang tengah.

Aku mulai merasakan sesuatu yang buruk telah terjadi, hingga aku melangkahkan kakiku ke ruang tengah dan melihat mama sedang menangis di tengah pelukan papa.

“Maa.. mama kenapa?”

“Bellaa...” Ucap mama dengan tiba-tiba langsung memelukku.

Hingga tiba-tiba suara papa menginstrupsi kami berdua.

“Ma..udah gak ada waktu lagi, kita harus cepat bawa Bella kesana sebelum semuanya terlambat.“

Aku yang tidak tau apa-apa hanya diam ketika mama dengan tergesa-gesa menarikku menuju mobil.

Sesampainya dirumah sakit, kami naik ke lantai 7 dengan lift dan langsung memasuki ruang VIP. Hal pertama yang aku lihat ketika memasuki ruangan adalah Daniel yang terbaring lemah dengan beragam alat menempel ditubuhnya.

Dadaku terasa begitu sesak melihat pemandangan tersebut bahkan kaki dan tubuhku seolah ikut terasa begitu lemas hingga aku tak kuat untuk berdiri untung saja ada papa yang berdiri di belakang ku yang dengan sigap menahan tubuhku.

Secara perlahan dengan tangis yang terus membanjiri wajahku, aku menghampiri tempat Daniel berbaring dengan kedua orang tuanya di sampingnya.

“Bella..sakit ?“ Ucap Daniel dengan nada lemah yang membuat perasaanku semakin tersayat. Aku yang tidak mampu berkata apapun hanya bisa diam.

Hingga tiba-tiba.

“Daniel..” Panggil ayah Daniel.
“Jangan ditahan.” Semua menatap ayah Daniel dengan tatapan tidak percaya termasuk diriku.

“Jangan ditahan. Kamu udah terlalu banyak rasain sakit.“ Ibu Daniel langsung menatap ayah Daniel dengan tajam.

“Ayah ngomong apa sih? Tega ayah ngomong kayak gitu ke Daniel yang lagi berjuang?“ Sinis ibu Daniel.

“Kamu tega ngeliat Daniel yang terus melawan rasa sakit itu ? Ayah sayang sama Daniel bun, makanya ayah suruh lepasin“ Balas ayah yang membuat air mata ibu deras keluar.

“Bunda. Bilang sama Daniel. Jangan ditahan. Bella, Mila bilang jangan buat Daniel tersiksa dan Bella kamu juga harus ikhlasin Daniel nak“.

“Ayah..” Suara Daniel benar-benar terdengan lemah.

“Ibu..” Ibu Daniel terisak. Ia menggenggam tangan Daniel. Ia memanjatkan doa terlebih dahulu sebelum ia siap mengeluarkan kata-kata terberatnya.

“Ibu ikhlas.” Ibu Daniel terlihat lemas setelah mengatakan dua kalimat tersebut tetapi mucul sedikit senyuman diwajah Daniel.

“Sayang.. om sama tante juga ikhlas“ Ucap papa dan mama.

Hingga tersisa diriku sendiri yang belum mengihklaskan Daniel. Semua mata tertuju kepadaku sekarang termasuk Daniel. Aku menarik nafas dalam dalam sebelum aku mengucapkan kalimat.

“Daniel aku minta maaf kalau ada salah sama kamu, maaf kalau selama ini aku jahat sama kamu,  berat bagi aku Daniel untuk ngeikhlasin kamu dan ninggalin aku disini tanpa kamu Daniel..aku gak pernah bayangin hal ini bakalan terjadi niel. Pasrahkan saja itu kalau itu bisa hilangin sakit kamu niel, aku ikhlas.“

Keadaan Bella sekarang benar-benar membuat siapapun yang melihatnya terisis. Hanya dengan kalimat itu tapi mampu membuat Daniel yang sedari tadi menahan sakit secara perlahan tenang.

Tenang dan damai. Tangis semuanya pecah saat itu.

Pukul 05.00 subuh Daniel menghembuskan nafas trakhirnya.

``````

1 Tahun waktu yang tidak sebentar buat Bella. Kini dirinya sudh berubah 90% Bella yang dulu, bukanlah Bella yang sekarang.

Bella terlihat seperti memasang benteng yang kokoh untuk mencegah orang luar masuk ke dalam benteng tersebut karna kenyataannya benteng itu hanya diisi oleh dirinya dan hatinya yang ntahlah sepertinya sudah mati rasa. Siang ini Bella mengunjungi kuburan Daniel.

“Daniel..udah satu tahun nih kamu pergi” Ucap Bella dengan senyuman tulus yang tidak pernah ia tunjukan kepada orang lain semenjak Danielnya hilang.

“Aku rindu kamu niel, aku rindu kamu,,aku rindu main basket bareng kamu, aku rindu waktu kita ngabisin waktu sama-sama, kamu inget gak si dulu itu kita gak pernah bisa dipisahkan dan sekarang Tuhan malah pisahkan kita, berat niel rasanya, berat. Hidup aku gak berarti tanpa kamu niel, aku pingin nyusul kamu tapi kayaknya Tuhan ngelarang aku buat sama kamu lagi karna kita terlalu jahat  kali yak, hahhahah” Ucap Bella dengan tangis deras disertai senyuman miris.

“Daniel.. maafkan aku, aku gak bisa nepatin janji aku untuk gak lupa cara tersenyum. Gimana cara aku tersenyum Daniel sementara sumber senyuman dan kebahagiaan aku, udah pergi ninggalin aku disini sendirian.”

“Aku pulang dulu ya Danielnya Bella..langit udah mendung nih, doakan aja aku gak kehujanan, hahhahah” Ucap Bella dengan miris.

Hingga sekarang aku sadar, LDR terjauh dalam suatu hubungan manusia itu bukan antar kota atau bahkan benua. Tetapi LDR terjauh itu ketika aku berada di bumi dan kamu di langit bersama Tuhan.

Kamu yang tenang yang Daniel disana ya Daniel, jangan nakal kan gak seru nakal tanpa aku.

Untuk Tuhan titipkan salam ku untuk Daniel dan aku harap ketika engkau sudah memanggilku, aku bisa bertemu dengan Daniel ku.


~~~~~~~~TAMAT~~~~~~~~
Baca Juga :

Artikel Terkait