Selasa, 25 Desember 2018

Kisah Raja Ulat Bulu, Kancil dan Kepedasan

Tags







Pada zaman dahulu, hiduplah sekelompok ulat bulu yang hidup di hutan bagian rawa-rawanya. Suatu hari, raja ulat bulu yang bernama Nato mengajak sekelompok ulat bulu untuk mencari makanan di kebun yang ada di seberang sungai.

"Rakyatku, marilah kita semua mencari makanan di seberang sungai sana! Ku lihat ada kebun yang siap panen." Baiklah tuan!" Jawab rakyat dengan serentak.

Sekelompok ulat bulu pergi mengambil daun besar sebagai alat untuk menyebrangi sungai. Merekapun berhasil menyebrangi sungai dan tidak ada gangguan apapun.

Sesampainya di kebun, mereka melihat banyak sekali buah. Warnanya merah pekat, sehingga membuat perut ulat bulu tersebut bersuara.

Pada saat itu pula ada sang kancil yang juga sedang mencari makanan di kebun itu. Namun, kancil sudah lebih dulu memakan buah dan ia langsung panik dan merintih akibat kepedasan. Ia pun berlari menuju air dan meminumnya.

Saat minum, keberadaan kancil diketahui oleh ulat bulu dan ulat bulu menghampiri kancil, lalu berkata, "Wahai kancil, kenapa kamu ada di sini ? Apakah kamu ingin mengawasi dan mencuri makanan kami?" Kata Raja Nato dengan sombongnya.

Awalnya kancil itu berbaik hati ingin memberitahukan kepada ulat bulu bahwa buah itu adalah cabai yang rasanya sangat pedas.

Tapi karena ketamakan sang ulat bulu, kancil ingin memberi pelajaran ke ulat bulu, "Wahai ulat bulu, aku tidaklah ingin mengawasi kalian, aku hanya ingin minum di sini karena aku tadi kehausan dan aku tidak ingin mencuri makanan kalian karena aku baru saja makan." Kata kancil.

"Baiklah, kalau begitu pergilah kamu dari sini wahai kancil." Kata Raja Nato.

"Kalau begitu, saya permisi dulu Raja Nato, ku harap kalian semua menikmati makanan itu." Kata kancil.

Kancil pergi meninggalkan kawanan ulat bulu dengan rasa bimbang, karena kesal sekaligus kasihan. Kasihan akibat nanti ulat bulu itu akan kepedasan dan kesal karena mereka begitu tamak dan sombong.

"Wahai rakyatku, makanlah semua buah ini dan sekarang ini punya kita semua!" Kata Raja Nato.

"Baiklah tuan, kami menghormatimu." Kata rakyat seraya berterima kasih kepada rajanya yang sangat perhatian.

Tiba-tiba seekor ulat bulu merintih kesakitan karena kepedasan, "huah...huaahh...hhhh, sakit-sakit. Yang mulia, buah ini rasanya tidak enak dan membuat mulutku seperti terbakar..kalian semua jangan memakannya." Kata ulat bulu yang bernama Badu.

"Ada apa rakyatku, Badu ? Kenapa kamu begitu kesakitan, ada apa dengan buah itu, apakah sudah busuk?" Kata Raja Nato dengan cemas.

"Izinkan saya minum air dulu tuan!" Kata Badu.

"Baiklah silahkan!" Kata Raja.

Setelah Badu minum air, ia pun menjelaskan. "Tuan, buah ini sangat pedas, kita tidak bisa memakannya, saya berkata benar tuan, saya tidak berbohong!"

"Kalau begitu biarlah saya yang mencobanya." Ucap raja.

"Baiklah yang mulia." Ucap Badu dengan ragu.

Rajapun memakan buah itu dan benar sekali, raja kesakitan karena pedasnya dan ia langsung menuju sungai untuk minum.

"Hah, hahhh... rasanya sangat pedas dan menyiksaku ketika dimakan..Baiklah rakyatku, aku akan mencoba bertanya kepada sang kancil. Kalian semua jangan memakan buah ini dulu." Ucap sang raja.

Raja Nato pun pergi menemui kancil dan bertanya kepadanya. "Wahai kancil, buah-buah yang ada di seberang sungai tadi rasanya pedas dan menyakitkan mulutku dan rakyatku. Apa yang sedang terjadi ?"

"Wahai Raja Nato, itu akibat ketamakan dan kesombonganmu beserta rakyatmu. Sebelum kalian datang, aku lebih dulu memakan buah itu, buah itu adalah buah cabai.

Rasanya memang sangat pedas. Karena sang raja tidak mau berbagi saat sebelum memakan buah itu, aku jadi ingin memberinya pelajaran agar tidak tamak dan sombong." Ucap kancil.

"Wahai kancil, aku minta maaf atas kesalahanku tadi, aku harap kau dapat memaafkanku." Kata raja kepada kancil.

"Wahai raja, aku sudah memaafkanmu dan aku juga punya solusi supaya kalian dapat memakan buah itu." Kata kancil.

"Apa itu wahai kancil ?" Tanya sang raja.

"Engkau dan rakyatmu cukup memakan kulit tipis dari buah itu saja, tidak perlu memakan bijinya.

Bagian kulitnya tidak terlalu pedas dibandingkan bijinya dan kalian juga dapat mencampurkan kulit itu dengan daun yang biasa kalian makan." Kata kancil memberitahu Raja Nato.

"Baiklah kancil, aku akan mengikuti saranmu. Aku dan rakyatku akan mengingat nasehatmu. Terima kasih atas bantuanmu." Balas Raja Nato.

Sejak diberitahukan caranya agar tidak kepedasan memakan cabai oleh kancil, ulat bulupun ketika kini makan cabai hanya kulit dan daunnya saja. Dan Raja Nato sudah tidak tamak dan sombong lagi jika menemukan makanan yang banyak.
Baca Juga :

Artikel Terkait